Sebagai muslim, tentu kita sudah mengetahui keistimewaan 10 hari terakhir bulan Ramadhan yang tidak terdapat pada hari-hari atau malam-malam lainnya. Diantara keistimewaan luar biasa yang Allah Ta’ala berikan kepada umat akhir zaman ini adalah adanya 1 malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yaitu malam lailatul qadar. Malam permulaan al-Qur’an diturunkan, serta malam saat malaikat turun membawa rahmat dari-Nya. Rasulullah S.A.W sendiri pada 10 terakhir ramadhan ini menggiatkan ibadah/amalan beliau. Berikut ini adalah amalan Rasulullah pada 10 hari terakhir Ramadhan yang selalu dilakukannya
- Meningkatkan Qiyamul Lail
- Memperbanyak Membaca Al-Qur’an
- Meningkatkan I’tikaf
- Memperbanyak Do’a
- Membayar Zakat
- Umrah
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Telah menceritakan kepada kami [‘Ali bin ‘Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abu Ya’fur] dari [Abu Adh-Dhuha] dari [Masruq] dari [‘Aisyah radliallahu ‘anha] berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), Beliau mengencangkan sarung Beliau, menghidupkan malamnya dengan ber’ibadah dan membangunkan keluarga Beliau“. (HR. Bukhari no. 1884 dan Muslim no. 1174 Kitab 9 Imam)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ ، وَأَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ كِلَاهُمَا ، عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ زِيَادٍ ، قَالَ قُتَيْبَةُ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ ، عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ ، قَالَ : سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ ، يَقُولُ : سَمِعْتُ الْأَسْوَدَ بْنَ يَزِيدَ ، يَقُولُ : قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ” كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ “
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim no. 2016)
Hadits-hadits tersebut memperlihatkan, bahwa Rasulullah lebih serius dan lebih meningkatkan ibadahnya bila memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Keseriusan dan peningkatan ibadah di sini tidak terbatas pada satu jenis ibadah tertentu saja, namun meliputi semua jenis ibadah baik shalat, tilawatul qur`an, dzikir, shadaqah, dll. Berikut ini adalah detil dari ibadah yang biasa beliau lakukan selama bulan Ramadhan.
Meningkatkan Qiyamul Lail – Amalan Rasulullah Pada Malam Ramadhan
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berdiri (untuk mengerjakan shalat) pada lailatul qadar karena keimanan dan hal mengharap pahala, akan diampuni untuknya segala dosanya yang telah berlalu.” [1]
Hadits diatas tersebut dipahami oleh para salafush shaalih, termasuk oleh Abu Hurairah sebagai anjuran yang kuat dari Rasulullah S.A.W untuk melakukan Qiyam Ramadhan (shalat tarawih, tahajud, dan lain-lain). [At Tamhid, 3/311-317: Sunan Abi Daud, 166]
Maksud Qiyam Ramadhan secara khusus menurut Imam Nawawi adalah shalat tarawih. [Fathul Bari 4/251; Tanbihul Ghafilin 357-458; Majalis Ramadhan, 58; AtTamhid, 3/320; AI Ijabat Al Bahiyyah, 6]
Memperbanyak Membaca Al-Quran
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma’il] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sa’ad] telah mengabarkan kepada kami [Ibnu Syihab] dari [‘Ubaidallah bin ‘Uqbah] bahwa [Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma] berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan, dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi S.A.W. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus” (Hadits Bukhari No.1769 Kitab 9 Imam)
Meningkatkan I’tikaf – Amalan Rasulullah Pada 10 Hari Terakhir Ramadhan
I’tikaf adalah menetap di mesjid untuk taat dan melaksanakan ibadah kepada Allah saja, serta meninggalkan berbagai kesibukan dunia. Berkonsentrasi mendekatkan diri kepada Allah S.W.T, meningkatkan ketaqwaan kepada-Nya.
Hukum I’tikaf adalah sunnah, dan sunnah muakkadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan. I’tikaf menjadi wajib jika seseorang telah bernadzar untuk melakukannya. I’tikaf merupakan amalan Rasulullah pada 10 hari terakhir Ramadhan
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا،: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
“Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian para istri beliau melakukan i’tikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
Telah menceritakan kepada kami [‘Abdullah bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar] dari [Abu Hashin] dari [Abu Shalih] dari [Abu Hurairah radliallahu ‘anhu] berkata; “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari” (Hadits Bukhari No.1903 Kitab 9 Imam)
Membayar Zakat
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو خَيْثَمَةَ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] telah mengabarkan kepada kami [Abu Khaitsamah] dari [Musa bin Uqbah] dari [Nafi’] dari [Ibnu Umar] bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar membayar zakat fithrah sebelum manusia berangkat menunaikan shalat Ied. (Hadits Muslim No.1645 Kitab 9 Imam)
Umrah
Keutamaan umrah di bulan suci Ramadhan dijelaskan dalam hadits-hadits shahih berikut ini:
فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً
“Jika datang bulan Ramadhan, maka lakukanlah olehmu umrah, sebab umrah pada bulan tersebut setara (pahalanya) dengan (pahala) haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256)
فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً أَوْ حَجَّةً مَعِي
“Sesungguhnya (pahala) umrah di bulan suci Ramadhan itu setara dengan pahala haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863)
Itulah beberapa amalan Rasulullah pada 10 hari terakhir Ramadhan (ditingkatkan/lebih diseriuskan di 10 hari terakhir Ramadhan)
Footnote Amalan Rasulullah Pada 10 Hari Terakhir Ramadhan
- H.R Al Bukhari no.1768, An Nasa’i no. 2164, Ahmad no. 8222↩
Discussion about this post